Perkemahan Malam Tahun Baru ‘”Pulau Malinjo” (bag. 3)

31 Desember 2011 – 1 Januari 2012

Pantai berpasir putih tak perlu jauh-jauh dicari keluar  DKI Jakarta. Pulau Malinjo salah satu pulau di Kepulauan Seribu pun memilikinya. Pantainya landai dengan air yang jernih sehingga kita bisa melihat jelas ke dalamnya. Pulau Malinjo ini hanya berpenghuni satu orang bapak saja yang bertugas menjaga pulau yang termasuk dalam kawasan konservasi. Entahlah kenapa namanya Pulau Malinjo. Kalau kata Diah *sahabat gue*, karena di pulau ini ada pohon yang buahnya berbentuk seperti melinjo. Sebenarnya iya juga sih kalau dilihat sekilas, sayang gue tidak mengambil gambarnya.

*sumber: FB Arta Mardika*

Setelah puas bermain air, semuanya kembali ke perkemahan kecuali gue, Farah dan Diah. Rencananya kami menunggu sunset. Setelah ditunggu hingga langit mulai menggelap, nampaknya kami tak akan mendapatkan panorama sunset tersebut. Dengan perasaan sedikit kecewa, kami kembali ke perkemahan untuk mandi. Di Pulau Malinjo terdapat dua sumur air bersih. Lucunya ketika mau mandi, ternyata sumurnya beratapkan langit dan tidak berdinding.  Gue sendiri akhirnya mandi seadanya saja dengan masih menggunakan celana *ya nggak lucu aja kalau saat mandi telanjang terus ada yang datang ke sumur dan melihat gue  bugil  :p *

Malampun datang, api unggun yang telah dinyalakan memberikan kami penerangan seadanya. Saatnya makan malam telah tiba. Memang perut ini sudah terasa lapar sejak tadi. Makanan yang disiapkan oleh Githa dan teman-teman pun telah siap untuk kami santap bersama. Sebelum makan, gue dapat kejutan dari semut api. Gue digigit dua kali di bagian kaki. Rasanya luar biasa perih, bahkan sampai sekarang masih suka terasa gatal. Kalau lagi kambuh gatalnya, gue pun langsung teringat perjalanan gue ke pulau ini. Sakit yang menyenangkan.. 😀

*sumber: FB Arta Mardika*

Karena angin berhembus begitu kencang sehingga asap dari api unggun menyakitkan mata, akhirnya api unggun dimatikan. Kami pun bergerombol dan berbincang santai di pinggir pantai ditemani oleh hembusan angin laut. Lama-lama tak kuat juga mata ini menahan kantuk, akhirnya kami kembali ke tenda masing-masing. Geng Rempong setelah mengatur posisi di tenda kecil itu akhirnya bisa tidur dengan posisi rapat tak bergerak seperti ikan yang dijemur. Hehehe..

Menjelang pukul dua belas malam, mas Ary membangunkan kami “Bangun..bangun..tahun baru..mau lihat kembang api nggak?” Karena sudah jauh-jauh ke sini, tidak seru kalau malam ini hanya dihabiskan dengan tidur. Kami akhirnya menuju ke pantai tempat bermain tadi sore. Kecuali mas Ijul yang sepertinya kelelahan sehingga lebih memilih bergelung di dalam tenda. Angin laut masih berhembus dengan kencang saat kami menunggu pergantian tahun. Tak lama, kami melihat suguhan permainan kembang api warna warni di pulau-pulau tetangga. Ketika yang lain sudah selesai kami pun menyalakan kembang api yang kami bawa. Setelah semua kembang api dinyalakan, kami berdoa untuk tahun 2011 yang telah kami lewati dan tahun 2012 yang segera kami jalani. Kemudian kami bersalaman tahun baru dan kembali ke tenda untuk memejamkan mata yang sudah lelah.

*sumber: FB Arta Mardika*

Langit masih gelap ketika  Geng Rempong bangun dari tidur. Kami agak kaget melihat bentuk tenda kami yang sudah tak beraturan. Beberapa pasaknya tercabut. Ini terjadi karena ukuran tenda yang terlalu pas dan tidur yang tak bisa diam. Hehe, untung saja tendanya masih sanggup berdiri. Setelah beribadah, gue menuju pantai untuk memburu sunrise. Lagi-lagi gue harus kecewa karena gue tidak mendapatkannya. Tapi lumayanlah gue dapat pemandangan fajar, laut yang berwarna biru gelap dipadu dengan langit yang berwarna senada dengan sinar matahari yang masuk di antara celah-celah awan.

DSC02704

Satu persatu teman dari tenda lain bangun dan beraktivitas. Ada yang sekedar mengobrol sambil menikmati pemandangan pagi. Ada yang memasak untuk sarapan pagi. Ada juga yang bermain petak gunung *lirik Farah dan Una*. Ada juga yang harus menyelesaikan ‘urusan alam’. Karena di sini tidak ada toilet, teman-teman melakukan ‘urusan’nya dengan cara masing-masing. Dari beberapa cara itu, gue menilai bahwa menggali tanah dulu-keluarkan-lalu timbun adalah cara yang paling tepat. Gue sendiri sih untungnya tidak merasa harus ber’urusan’ sampai tiba kembali di rumah.

DSC02716

DSC02723

DSC02725

Setelah sarapan, kami dijadwalkan untuk snorkeling di lokasi yang sudah ditentukan. Gue dan Diah sebenarnya sedang tidak mood untuk ber-snorkeling-ria. Farah dan Ijul pun memutuskan untuk berenang di pantai saja. Karena mereka berdua belum pernah snorkeling, kami pun meminjam alatnya untuk digunakan di pantai tempat kami bermain sore kemarin. Akhirnya Geng Rempong serta beberapa teman lainnya lebih memilih untuk berenang  sambil ‘snorkeling’ apa adanya di pantai.

time to snorkel*sumber: http://www.flickr.com/photos/49202608@N07/ (Ijul)*

time to snorkel*sumber: http://www.flickr.com/photos/49202608@N07/ (Ijul)*

Dibilang apa adanya karena snorkeling-nya masih di pinggir pantai yang isinya tumbuhan laut yang bukan karang. Tapi bukan seperti yang di atas ya. Itu sih memang hanya lucu-lucuan saja untuk dokumentasi. Kami berenang agak jauh ke tengah kok, hehehe… Tak mengapalah ikan yang dilihat sedikit, yang penting kan Farah dan Ijul sudah merasakan bagaimana rasanya memakai peralatan snorkeling. Tapi teman lainnya benar-benar snorkeling di lokasi yang memang sudah ditentukan kok. Nih buktinya:

*sumber: FB Arta Mardika*

*sumber: FB Arta Mardika*

Selesai snorkeling, kami merapikan barang dan bersiap kembali ke Jakarta Daratan. Setelah siap, kami kembali menaiki kapal kecil untuk menuju Pulau Harapan. Tak seperti kemarin, perjalanan kami kali ini cukup cepat karena ombak tidak lagi tinggi. Sesampainya di Pulau Harapan kami langsung naik perahu Dolphin. Perahu ini akan membawa kami langsung ke Pelabuhan Muara Angke. Tadinya kami sudah cemas akan mengalami perjalanan ‘memabukkan’ lagi. Tapi ternyata, cuaca sangat bersahabat kali ini. Ombak yang cukup tenang mengantarkan kami sampai ke pelabuhan Muara Angke  lebih cepat daripada hari kemarin. Walau perahu kami sempat mengalami naas karena ada air yang masuk ke tangki solar. Sehingga perahu kami harus didederk oleh perahu lain. Namun, yang paling penting adalah kami sampai dengan selamat.

Pergantian tahun ini tentunya akan terkenang selalu di benak gue. Pengalaman baru telah gue dapatkan, begitu juga dengan teman-teman baru. Kami berjanji akan bertemu lagi suatu hari nanti untuk melakukan perjalanan seru lainnya. Mungkin kembali ke Pulau Malinjo atau pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu. Akhirnya, gue mengucapkan selamat datang untuk tahun baru 2012. Semoga tahun ini menjadi tahun yang penuh berkah untuk gue dan kalian. Selamat Tahun Baru!

NB: Foto Selengkapnya di sini.

3 thoughts on “Perkemahan Malam Tahun Baru ‘”Pulau Malinjo” (bag. 3)

  1. Sebenernya tujuan gue ngajak kalian adalah supaya kita semua bisa mandi bugil bareng2 loh.. *siul-siul*

    Anyways, yang waktu itu gue omongin ama Diah, pohon kelapa di pulau ini, buahnya lebih mirip melinjo daripada kelapa. Duh, jadi berasa kangen sayur asem ga?

  2. “Kami berjanji akan bertemu lagi suatu hari nanti untuk melakukan perjalanan seru lainnya. Mungkin kembali ke Pulau Malinjo atau pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu. ”

    Karimun Jawa Kakaaaaakkk

Leave a comment